Rabu, 25 Maret 2009

Mr. Jack

Rasanya, aku tak ingin berhenti bersamanya. Menyemangatinya, menatapnya, bercanda dengannya, dan semua yang kami lakukan bersama. Mungkin tak terhitung lagi seberapa banyak aku berkasih, tapi tak pernah merasa yang seperti ini. Mungkin jika yang hampir, memang ada. Tapi aku benar-benar merasa berbeda..
Entah mungkin karena ini baru awal, tapi aku sendiri nggak ngerti kenapa aku jadi benar-benar bahagia. Rasanya nggak peduli lagi seberapa sering julukan pelacur dialamatkan padamu, atau seberapa sering kau menangis meratapi apa yang terjadi padamu. Aku sungguh-sungguh nggak peduli.
Andaikan jika aku bisa hentikan waktu, akan aku hentikan. Jika aku bisa membuat segalanya untukmu, akan kubuat jadi nyata untukmu. Mungkin ini karena cinta. Atau, entahlah.. Aku nggak tau dengan apa aku mendeskripsikannya. Terlalu rumit…
Seseorang yang selalu berkata bahwa dia selalu mencintaimu, tak ingin kehilanganmu, bahkan membuatmu berjanji bahwa kau takkan meninggalkannya, karena ia tak ingin sendiri lagi, karena ia butuh seseorang yang ada untuknya, karena ia merasa terbuang.. Mungkin akan banyak yang berpikir bahwa itu adalah bulshit besar. Tapi aku mempercayainya. Aku mempercayainya. Bahkan aku tak ingin sedetikpun lepas dari pengaruh kata-kata itu. Oh Tuhan, begitu berartikah aku untuknya???
My jealously Jack. Hihihi.. Aku bahkan bahagia dengan kecemburuanya padaku yang setiap saat ditimpakannya padaku. Walaupun kadang berlebihan, tapi aku tetap merasa senang. Aku akui, walaupun dia memang terlihat seperti orang brengsek, dia orang brengsek yang aku rindukan…
Aku akui, banyak hal darinya yang nggak aku tahu. Yang jelas dia nggak begitu setuju kalau aku ambil topik tentang keluarga. Dia nggak mau banyak ngebahas hal itu. Yah, mungkin dia punya cerita yang panjang tentang hal itu, jadi nggak bakalan habis kalau dieritakan padaku. Itu pikiranku. Walau aku tahu sebenarnya bahwa hal itu berarti dia nggak ingin membicarakannya denganmu, tapi aku nggak ingin berpikir demikian.
Suatu siang, aku nggak nemuin dia di tempat biasa. Jadi, kupikir dia ada di tempat biasa yang ke dua.. hehehehe.. (Menurutku, dia hanya punya dua tempat yang biasa dia singgahi. Jadi, kalau di kedua tempat itu nggak ada dia, paniklah aku.. Nyariin muter-muter berharap bisa nemuin dia ataupun hal-hal yang berhubungan dengan dia). Dan ternyata dia memang ada di tempat yang kedua. Senyum yang menyambutku membuatku merasa hangat.
Dia bilang kalau dia merasa tenang dan bahagia kalo dia liat aku senyum.. Jadi, apapun suasana hatiku saat itu aku selalu tersenyum untuknya. Rasanya semua beban yang menahan senyumku terasa lebih ringan saat dia menanti senyumku.. huff…hihihi…
Dia.. berkata sesuatu yang mengejutkanku.. Dia tanya bagaimana jika dia meninggalkanku, dan takkan pernah bisa kembali lagi-kau tau maksudku, kan???
Aku menghela nafas panjang. Jika hal itu terjadi, aku…aku tak sanggup membayangkannya. Aku hanya bisa minta padanya agar tak mengucapkannya lagi. Tapi tetap saja dia membuatku sedih, walau akhirnya aku tetap tersenyum untuknya, tapi aku sangat takut jika hal itu terjadi. Aku tahu, hal itu adalah manusiawai, karena semua orang tanpa terkecuali akan mengalaminya. Tapi…….
Saat aku tanyakan hal yang sama padanya, kau tau apa yang dia jawab??
“ aku ikut…”